Selasa, 22 Februari 2011

You Were Born Rich

You Were Born Rich
 

Man's mind mirrors a universe which mirrors man's mindJoseph Chilton Pearce
Dalam perjalanan dari Surabaya ke Semarang minggu lalu saya sempat berbincang dengan seorang kawan lama. Setelah berbincang sesaat ia lalu menanyakan apa yang sekarang saya lakukan. Saya lalu menjelaskan mengenai kegiatan saya akhir-akhir ini sebagai ?pria panggilan? dan ?pria penghibur?.
Mendengar penjelasan ini mukanya langsung berubah. Dan saya tahu apa yang ada di pikirannya. Saya langsung meluruskan bahwa saya biasa ?dipanggil?  untuk memberikan seminar/workshop dan cara saya membawakan sangat entertaining sehingga peserta biasanya betah duduk sampai 8 jam. Mendengar penjelasan ini kawan saya akhirnya manggut-manggut dan tersenyum menandakan ia mengerti.
Pembicaraan akhirnya berlanjut ke topik menarik yaitu mengenai sukses. Kawan saya ini berkeluh kesah bahwa sekarang susah cari uang. Ekonomi lagi sulit. Dia harus kerja ekstra keras untuk bisa mendapatkan income yang ia inginkan. Kawan saya ini seorang salesman di perusahaan peralatan listrik.
Sebenarnya tidak ada yang namanya ekonomi sulit bagi orang yang siap dengan perubahan. Ekonomi menjadi sulit karena kita tidak mampu melakukan adaptasi secara tepat dan cepat mengikuti perubahan keadaan.
Dalam setiap perubahan yang terjadi adalah polarisasi kemakmuran. Apa maksudnya ? Uang atau aset yang ada di masyarakat jumlahnya sama sebelum dan pada masa ekonomi sulit terjadi. Yang terjadi sebenarnya adalah perpindahan kemakmuran dari suatu kelompok masyarakat ke kelompok masyarakat lainnya. Jadi, jumlah uang dan aset tetap namun pemiliknya berganti. Dengan kata lain orang kaya makin kaya dan orang miskin makin miskin.
Mendengar penjelasan ini kawan saya langsung protes, ?Lho, semua orang tahu kalo sekarang ini ekonomi makin sulit. Orang kaya makin kaya karena mereka menggunakan kekayaan mereka untuk menekan orang miskin sehingga mereka dapat memetik keuntungan yang sebesar-besarnya?.
?Tahu nggak mengapa kondisi keuangan kamu payah saat ini ??, saya balik bertanya. ?Ya itu tadi, saat ini persaingan semakin ketat. Cari uang nggak gampang. Pokoknya sulit banget?, jawabnya cepat. ?Nah, ini dia alasannya mengapa kamu sulit cari duit?, jawab saya lagi.
Saya melihat kawan saya ingin protes lagi. Namun sebelum ia sempat berbicara saya langsung meneruskan dengan berkata, ?Coba dengar apa yang akan saya jelaskan. Nanti kalo sudah selesai baru kamu boleh komentar lagi. Ok ??. ?Ok?, jawab kawan saya dengan penasaran.
Saya lalu menjelaskan, ?Mengapa orang sulit cari uang ? Karena ada keyakinan atau blocking atau resistansi atau program negatip atau apapun istilah yang ternyata menghambat mereka dalam mencari uang. Saya mengerti bahwa sekarang ini cari uang itu sulit, bagi kebanyakan orang. Nah, mengapa nggak terpikir untuk membuat uang yang nyari kita ? Kan lebih mudah kalo uang nyari kita dan ........?
Tanpa memberikan saya waktu untuk menyelesaikan kalimat saya, kawan saya ini langsung memotong, ?Nggak masuk akal. Saya nggak pernah dengar ?uang nyari kita?. Yang benar adalah kita nyari uang?.
?Nah, itulah sebabnya mengapa kamu nggak bisa maju dan berkembang dalam aspek finansial. Kamu berpikiran negatip soal kemakmuran. Kamu bilang orang kaya itu nggak baik karena menyalahgunakan kekayaan mereka untuk menindas orang miskin?, jawab saya.
?Lho, saya nggak negatip soal orang kaya. Saya hanya tidak senang dengan cara mereka menggunakan kekayaan mereka dan cara mereka cari uang?, jawab kawan saya cepat, membela diri.
?Coba perhatikan kalimat kamu yang terakhir. Di sini tampak jelas bahwa ada muatan emosi negatip saat kamu bicara soal orang kaya, lebih tepatnya perasaan iri dan dengki. Coba kamu jujur memeriksa dirimu sendiri?, ujar saya.
Kawan saya lalu diam sejenak. Sambil menunggu ia berpikir saya lalu berkata, ?Tahukah kamu bahwa sebenarnya kita ini terlahir sebagai orang kaya. We were born rich?.  Kali ini kawan saya nggak protes ataupun berkomentar. Ia malah meminta saya untuk menjelaskan maksud pernyataan saya.
Saya percaya bahwa Tuhan, ada yang menyebutnya dengan Supra Sadar atau Semesta Alam,  sangat adil. Semua orang punya hak yang sama untuk bisa sukses. Pertanyaannya sekarang adalah mengapa nggak semua orang bisa sukses ?
Ternyata ada sangat banyak faktor yang menghambat diri kita untuk sukses. Salah satunya adalah karena kita hidup tidak selaras dengan hukum alam. Diri kita, sebagai manusia, adalah mikro kosmos. Semesta alam adalah makro kosmos. Saat kita hidup tidak selaras dengan hukum alam maka saat itu kita mengalami ?bocking? sehingga sangat sulit untuk bisa berhasil.
Apa yang membuat mikro kosmos tidak selaras dengan makro kosmos ? Salah satunya adalah sistem kepercayaan atau program negatip yang ada di dalam pikiran kita. Pada kasus kawan saya, secara tidak sadar, ia membenci orang kaya. Ia mempunyai persepsi yang negatip mengenai uang atau kemakmuran. Kepercayaan yang negatip ini berlaku sebagai suatu penghambat yang menghalangi dirinya untuk sukses.
Pada saat kita berhasil mengatasi mental block saat itu pula kita mampu menarik energi yang sangat besar dari Semesta Alam. Dengan selarasnya diri kita dengan makro kosmos maka kita tidak perlu cari uang. Uang yang akan mencari kita. Lha, kok bisa?
Sudah tentu bisa. Apa buktinya ? Saat kita telah selaras dengan ?vibrasi? Semesta Alam, saat itu kita akan dapat mencapai tujuan atau cita-cita kita dengan sangat mudah. Akan ada banyak ?kebetulan? yang mengarahkan kita mencapai tujuan kita.
Misalnya ? Kita akan bertemu dengan orang yang akan membantu kita. Kita akan secara ?kebetulan? mendapatkan informasi dari sumber yang tidak kita perhitungkan sebelumnya, yang ternyata mampu membawa kita ke tujuan yang kita ingin capai.
Saya melihat kening kawan saya berkerut, tanda ia sedang berpikir keras. ?Ada yang ingin kamu tanyakan ??, tanya saya. ?Saya masih belum bisa menerima sepenuhnya konsep yang kamu sampaikan. Namun saya juga tidak menolak. Bisa lebih detil penjelasannya ??, minta kawan saya.
Saya lalu menjelaskan, ?Pikiran itu bekerja seperti pemancar radio. Saat kita benar-benar menginginkan sesuatu, dengan intensitas emosi yang tinggi, maka seketika itu juga ?berita? ini terpancar ke seluruh alam. Saat itu frekwensi pikiran kita akan mencari berbagai kemungkinan untuk pencapaian target yang telah kita tetapkan. Besarnya daya pancar pikiran bergantung pada keyakinan kita. Kalau ada banyak mental block maka daya pancarnya kecil Akibatnya ? Area jangkauannya sempit. Mental block ini berfungsi sebagai penghambat energi (semesta) yang kita akses. Kalau mental block ini sangat minim maka daya pancarnya akan sangat kuat, sehingga area jangkauannya menjadi sangat luas. Dengan demikian kita mempunyai lebih banyak peluang untuk menarik atau menciptakan berbagai ?kebetulan? yang akan membantu kita sukses. Omong gampangnya, kita nggak usah cari uang. Uang yang akan nyari kita?.
?Masih tetap bingung dan kayaknya nggak masuk akal?, kawan saya berkomentar.
?Ini nggak masuk akalmu. Mengapa ? Karena di data-base kamu nggak ada data seperti yang saya sampaikan. Benar, nggak ??, saya langsung balik bertanya.
Saya lalu melanjutkan, ?Begini saja deh. Saya berikan contoh kasus yang mudah untuk kamu praktekkan. Nanti kalo pas malam minggu, coba kamu ke Mall. Cari jam sibuk di mana cari parkir sangat sulit. Nah, saat kamu mau berangkat ke Mall itu, tetapkan keinginan yaitu kamu mau mendapatkan satu tempat parkir yang nyaman. Setelah itu jangan lagi memikirkan mengenai hal ini. Nanti kamu lihat apa yang terjadi?.
?Apa yang akan terjadi ??, tanya kawan saya dengan penasaran.
?Kalo kamu yakin sekali akan mendapatkan tempat parkir maka meskipun sangat padat pengunjung, kamu pasti akan dapat. Dapatnya juga secara ?kebetulan?. Pas kamu lewat ternyata di depanmu ada mobil yang keluar. Nah, saat itu kamu bisa langsung parkir. Ini bukan kebetulan lho. Ini adalah hasil kerja gelombang pikiranmu. Tapi kalo kamu, setelah menetapkan keinginan mendapatkan tempat parkir, mulai ragu karena berpikir bahwa akan sangat sulit mendapat tempat parkir, karena saat ini malam Minggu, saat padat-padatnya lahan parkir, maka keraguan kamu ini mengakibatkan kamu nggak akan dapat tempat parkir?, jawab saya.
?Apakah apa yang kamu jelaskan telah dibuktikan ??, kawan saya kembali bertanya.
?Lha, saya sudah mempraktekkan dengan hasil yang sangat memuaskan. Saya mengajarkan orang lain melakukan hal ini dan mereka mendapatkan hasil yang sama. Kalo sudah dilakukan berkali-kali, oleh orang yang berbeda, di tempat yang berbeda, dengan hasil yang sama, apakah ini kebetulan ??, saya balik bertanya.
?Tapi ini kan soal parkir. Kan nggak sama dengan kekayaan atau cari uang?, kembali kawan saya menunjukkan salah satu program negatipnya.
?Lha, apa bedanya antara cari lahan parkir dengan cari duit. Misalnya kamu mau menjual sesuatu. Saat kamu menetapkan keinginanmu dengan yakin, dengan catatan mental block-mu sudah diberesin lho, maka kamu akan bertemu dengan pembeli secara kebetulan. Yang membuat kamu nggak bisa melakukan hal ini karena kamu nggak yakin ini bisa berhasil. Dan bila kamu nggak yakin maka hasilnya ya nggak ada. Ada yang mengatakan bahwa keyakinan sebesar biji sesawi bisa memindahkan gunung lho?, jawab saya sedikit filosofis.
Mendengar penjelasan ini kawan saya kembali hanya bisa manggut-manggut dan tidak lagi berkomentar namun ia bertanya, ?Ok, kalo gitu apa yang harus saya lakukan?.
?Oh mudah, beresin dulu berbagai mental block-mu maka kamu akan mampu untuk selaras dengan vibrasi alam dan kamu akan dapat lebih mudah mencapai sukses?, jawab saya.
Saya lalu menjelaskan mengenai mengapa kita harus menulis impian-impian kita dan bagaimana hubungannya dengan cara kerja hukum alam. Sayang, saat diskusi menjadi semakin asyik, saya terpaksa mengakhiri  mengakhiri pembicaraan karena ada boarding call.
Para pembaca yang budiman, kita sebenarnya terlahir dengan potensi menjadi orang sukses atau kaya. Yang menghambat diri kita selama ini adalah bahwa nilai hidup, belief system, karakter, kebiasaan berpikir, dan apa yang kita lakukan dalam hidup ternyata tidak selaras dengan hukum alam (Supra Sadar). Ketidakselarasan ini mengakibatkan timbulnya berbagai hambatan hidup yang seharusnya tidak perlu terjadi.
Ada banyak kawan kami yang setelah berhasil mengatasi mental block mereka dan me-reprogram pikiran bawah sadar dengan program yang positip dan powerful mengatakan, ?Kami mengalami miracle. Belum pernah selama ini Kami merasakan bahwa hidup itu ternyata mudah. Kami bertemu dengan begitu banyak kebetulan yang secara ajaib mengarahkan kami pada pencapaian tujuan kami?.
Hal ini menjawab mengapa pada orang-orang tertentu, biar bagaimana buruk situasi ekonomi, mereka tetap bisa menghasilkan sangat banyak uang. Situasi ekonomi sama sekali tidak mempengaruhi mereka.
Mental block inilah yang selama ini tidak dapat kita bereskan hanya dengan membaca buku-buku positip atau mengikuti berbagai seminar motivasi. Hal ini pula menjawab mengapa ada begitu banyak orang yang hanya jadi penggembira di berbagai seminar. Saya sendiri dulunya seperti itu. Ternyata selama blocking ini nggak dibereskan maka suskes akan menjadi sangat sulit. Saya telah mengalaminya selama tujuh tahun. Saya membaca berbagai buku positip dan menghadiri berbagai seminar motivasi bahkan sampai ke luar negeri. Seorang kawan saya, yang juga sangat gemar membaca buku dan menghadiri berbagai seminar juga mengalami hal yang sama.

Why Affirmation Fails?

Why Affirmation Fails?

When you affirm big, believe big and pray big, big things happen.- Norman Vincent Peale
Saya yakin, anda semua, pasti pernah mendengar kata ?Afirmasi?. Mungkin anda pernah menghadiri seminar atau loka karya dan pembicaranya menyarankan anda melakukan afirmasi untuk menunjang keberhasilan anda. Mungkin juga anda pernah membaca buku-buku positive thinking yang banyak terdapat di toko buku. Para pelaku MLM (multi level marketing) , DS (Direct Selling), agen asuransi,  atau mereka yang suka dengan pengembangan diri pasti tahu betul apa itu ?Afirmasi?.
Mengapa afirmasi sangat banyak disarankan untuk digunakan ? Jawabnya sederhana. Afirmasi adalah self-talk yang kita ucapkan pada diri kita sendiri dan merupakan salah satu bentuk pemrograman ulang pikiran. Menurut kebanyakan orang, afirmasi sangat mujarab untuk membantu pencapaian prestasi. Benarkah demikian ?
Benarkah afirmasi bisa sedemikian efektif ? Jawabnya, ?TIDAK?. Saya pernah melakukannya selama 7 (tujuh) tahun tanpa hasil yang maksimal. Saya telah mengikuti semua aturan menulis afirmasi yang benar, yang dijelaskan oleh banyak pembicara terkenal, dan juga ditulis di berbagai buku best seller. Saya bahkan membeli buku yang khusus membahas mengenai self-talk. Hasilnya ? Tetap tidak bisa maksimal. Saya tidak mengatakan ?tidak ada hasil?, lho. Yang saya tekankan adalah hasilnya ?tidak maksimal?.
Cukup lama saya mencari jawaban mengapa afirmasi yang saya lakukan kok nggak bisa memberikan hasil yang maksimal ? Apa saja yang telah saya lakukan untuk afirmasi ? Saya menulis script dan saya tempelkan di tempat yang biasa saya lihat. Misalnya di cermin kamar mandi, di pintu kamar tidur, di pintu kamar mandi, di komputer, di dashboard mobil, di hand phone, di diary, dan dijadikan screen saver.
Selain itu saya juga menggunting gambar-gambar impian saya. Saya tempelkan di tempat yang dapat saya lihat dengan mudah. Tujuannya ? Untuk mengingatkan (baca: memprogram) diri saya agar saya selalu fokus pada impian-impian itu. Hasilnya ? Tetap tidak maksimal.
Saya bahkan membuat kaset khusus yang berisi berbagai afirmasi yang ingin saya masukkan ke pikiran bawah sadar saya. Kaset ini saya mainkan setiap kali saya berada di dalam mobil. Saya bahkan sampai menggabungkan afirmasi dengan musik khusus untuk membantu pikiran saya untuk bisa lebih mudah menerima afirmasi itu. Sekali lagi, hasilnya ? Nggak maksimal.
Apakah saya gagal ? Tidak. Saya berhasil mencapai sebagian dari apa yang saya afirmasikan. Namun saya merasa tidak puas. Energi dan waktu yang saya curahkan untuk melakukan afirmasi ternyata tidak memberikan hasil seperti yang saya harapkan.
Lalu apa yang salah ? Apakah saya malas dan tidak bekerja keras untuk mencapai goal saya ? Ah, nggak. Saya sangat fokus untuk mencapai impian itu. Hasil yang tidak maksimal ini membuat saya berpikir, ?Pasti ada yang salah dengan apa yang ditulis di buku-buku atau yang diajarkan di seminar yang telah saya hadiri?.  Logika saya sederhana saja. Banyak kawan saya yang juga melakukan afirmasi seperti yang saya lakukan ternyata hasilnya juga sami mawon  alias idem alias setali tiga uang alias sama saja.
Proses pencarian jawaban ?Mengapa afirmasi yang saya lakukan tidak membuahkan hasil yang maksimal ?? akhirnya mengantar saya pada petualangan pemahaman cara kerja pikiran yang luar biasa, dan ini yang ingin saya bagikan kepada anda melalui artikel ini.
Bagi anda yang sukses dengan afirmasi, saya ucapkan selamat dan saya ikut bahagia dengan keberhasilan anda. Bagi anda yang mengalami ?nasib? seperti yang saya alami, mudah-mudahan dengan apa yang saya jelaskan berikut ini akan dapat membantu anda untuk bisa segera meraih keberhasilan.
So, mengapa afirmasi tidak memberikan hasil maksimal ?
Indera penglihatan memberikan kontribusi sebesar 87% dari total stimulus yang masuk ke otak. Kalau dilihat sekilas jalur visual ini kesannya sangat dominan. Namun bila ditelaah lebih jauh ternyata input visual masih berupa ide sugestif yang bersifat sadar. Teknik afirmasi, yang menggunakan gambar atau membaca script, ternyata hanya cocok untuk 5 % populasi yang masuk dalam kategori sangat sugestif.
Faktor lain yang berpengaruh terhadap keefektifan afirmasi adalah kapan waktu kita menulis atau membaca afirmasi itu. Sering kali kita diajarkan untuk menulis, membaca, atau melihat afirmasi kita saat bagun tidur atau di siang hari. Ternyata waktu ini tidak cocok dengan prinsip kerja pikiran. Ternyata dari riset ditemukan fakta menarik bahwa ada waktu tertentu yang memberikan pengaruh paling maksimal. Nah, pertanyaannya sekarang adalah, ?Kapan waktu yang paling tepat untuk melakukan afirmasi ??. Waktu yang paling tepat adalah malam hari saat gelombang otak kita dominan berada di kondisi alfa atau theta.
Cara melakukan afirmasi lainnya, seperti yang sering disarankan oleh banyak seminar atau buku, adalah dengan menuliskan afirmasi setiap hari. Ternyata ini counterproductive. Afirmasi cukup ditulis seminggu sekali dan harus bersifat jangka pendek. Nah, bingung kan ? Kok beda dengan yang anda ketahui selama ini ?
Selain itu kita perlu membatasi jumlah afirmasi yang kita tulis dan hanya untuk beberapa aspek kehidupan kita. Maksudnya ? Anda tidak boleh menuliskan lebih dari tiga afirmasi. Batasi diri pada tiga aspek kehidupan. Misalnya, aspek kesehatan, aspek finansial, dan aspek relasi. Apa akibatnya kalau kita menulis banyak afirmasi untuk tiap aspek kehidupan ? Pikiran bawah sadar akan bingung dan akan kehilangan daya untuk membantu anda mencapai goal anda.
Saat anda telah menulis afirmasi, tunggu dan lihat efeknya. Kalau dalam waktu 2 (dua) minggu belum ada efeknya maka anda perlu menulis ulang afirmasi anda. Mungkin cara anda menulis atau pilihan kata atau struktur kalimat yang digunakan tidak berkesan bagi pikiran bawah sadar anda. 
Lalu, bagaimana bila setelah anda menulis ulang afirmasi sampai beberapa kali namun tetap belum ada hasil yang tampak ? Yang terjadi adalah resistansi / penolakan terhadap afirmasi itu. Ada bagian dari diri anda yang menolak sugesti (afirmasi) yang anda lakukan. Lalu bagaimana caranya mengatasi hal ini ? Berhenti dan jangan pernah lagi mengotak-atik afirmasi ini selama beberapa minggu. Semakin anda bernafsu untuk memperkuat (re-inforce) afirmasi ini maka semakin kuat penolakan dari pikiran bawah sadar anda. Saat anda tidak lagi memaksa afirmasi ini untuk diterima pikiran bawah sadar maka daya tolak pikiran bawah sadar terhadap afirmasi anda juga menurun. Cepat atau lambat afirmasi yang sebenarnya telah masuk ke pikiran bawah sadar akan mulai diterima dan dijalankan. Penolakan muncul karena kita cenderung bersifat memaksa pikiran bawah sadar untuk menerima afirmasi yang kita ucapkan.
Satu hal lagi yang membuat afirmasi susah berhasil, untuk kebanyakan orang, adalah bahwa jarang orang sadar bahwa afirmasi sebenarnya sama dengan sugesti. Nah, kalau sudah bicara sugesti maka anda harus tahu anda termasuk orang tipe apa. Ada orang yang mudah disugesti secara fisik (physically suggestive) dan ada orang yang hanya bisa disugesti secara emosional (emotionally suggestive), dan ada yang bisa ac-dc alias kiri-kanan ok atau bisa keduanya.
Wording atau cara penulisan afirmasi untuk tiap tipe ini tidak sama. Bila anda termasuk kategori sugestif secara fisik dan anda, karena tidak tahu, menulis afirmasi yang bersifat emosional maka dijamin afirmasi anda tidak bisa jalan. Demikian pula sebaliknya.
Terlepas dari afirmasi apa yang anda gunakan, untuk panduan dalam menuliskan afirmasi, anda perlu memerhatikan hal-hal berikut:
  1. Gunakan afirmasi untuk goal jangka pendek
  2. Tulis afirmasi dengan tulisan tangan, bukan diketik
  3. Tulis afirmasi seminggu sekali
  4. Minimalkan jumlah afirmasi  untuk mendapatkan efek konsentrasi sugesti
  5. Tulis afirmasi dengan kalimat positip dan sekarang, jelas atau spesifik, dan tanggal pasti kapan anda ingin mencapai goal anda.
  6. Tulis ulang afirmasi bila dirasa perlu. Jika afirmasi tidak bekerja seperti yang diharapkan maka berhenti melakukan afirmasi. 
Ada kawan saya yang meskipun telah saya jelaskan cara melakukan afirmasi secara benar tetap menolak apa yang saya sampaikan. Saat saya bertanya, ?Kenapa sih, anda kok begitu yakin dan memegang teguh cara anda melakukan afirmasi padahal anda tahu hasilnya nggak maksimal??. ?Lho, cara afirmasi yang saya gunakan selama ini saya dapatkan dari seminar dan workshop yang sangat mahal. Kan, eman (sayang) kalo nggak saya pake?, jawabnya. ?Tapi, kalau ternyata cara yang anda gunakan tidak bisa memberikan hasil maksimal, mengapa anda tidak mencoba cara lain ??, kejar saya lagi. ?Saya yakin cara yang saya gunakan sudah benar. Soalnya pembicaranya orang terkenal. Saya percaya banget dengan apa yang ia ajarkan?, jawab kawan saya.
Saya hanya bisa tersenyum saat mendengar jawabannya. Saya teringat kata bijak Winston Churchil, ?A fanatic is one who can?t change his mind and won?t change the subject.

Becoming The Real Success

Becoming The Real Success

Try not to become a man of success but rather try to become a man of valueAlbert Einstein
Barusan saya menerima telpon dari seorang pembaca buku Manage Your Mind for Success. Pak Budi, sebut saja begitu, bertanya mengenai jadwal seminar publik yang akan saya lakukan dalam waktu dekat. Setelah berbincang beberapa saat saya mendengar keluhan, ?Pak, saya merasa diri saya gagal. Bagaimana caranya agar bisa cepat sukses??.
?Pak, yang pertama saya ingin sampaikan adalah saya salut dan bangga karena mengenal Bapak. Bapak adalah orang sukses?, jawab saya. ?Pak Adi bercanda ya? Lha, saya yang merasa gagal kok malah dikatakan sebagai orang sukses?, tanyanya lagi dengan sedikit bingung.
?Begini ya Pak. Tidak ada yang namanya kegagalan. Bapak sejak lahir telah menjadi orang sukses. Sukses ada dua macam. Sukses mencapai keberhasilan dan sukses mencapai ketidak-berhasilan, yang oleh kebanyakan orang disebut sebagai kegagalan?, jawab saya sedikit filosofis. ?Apa maksudnya? Kok saya baru dengar kalau ada namanya sukses mencapai ketidak-berhasilan atau kegagalan ??, tanyanya dengan penasaran.
Mungkin anda juga bingung membaca uraian di atas. Sebelum saya meneruskan cerita saya, kita perlu sepakat mengenai satu hal. Semua orang adalah orang sukses. Bedanya adalah ada yang sukses dalam mendapatkan atau mencapai apa yang ia inginkan. Dan ada yang sukses untuk tidak mencapai apa yang ia inginkan. Jadi, dengan kata lain, apapun yang kita capai, baik itu yang positip maupun yang ?negatip? sebenarnya adalah cermin keberhasilan kita.
Untuk menjawab pertanyaan Pak Budi saya lalu menceritakan mengenai cara kerja pikiran. Hal yang sama juga saya jelaskan saat menjawab email seorang Ibu dari Bandung, yang juga telah membaca buku-buku yang saya tulis. Ibu ini penasaran mengapa dalam lima buku yang saya tulis, saya selalu menekankan pentingnya memahami cara kerja pikiran.

Lalu, dari manakah sumber sukses atau gagal ? Semua bergantung pada skenario drama kehidupan (life script) yang berawal sejak kita dilahirkan. Bahkan ada pakar yang mengatakan bahwa bayi yang berada di dalam kandungan seorang ibu juga dapat mengalami ?programming?.
Seorang bayi hanya lahir hanya dengan dua rasa takut yaitu takut jatuh dan takut suara yang keras. Semua ketakutan lainnya, misalnya takut air, takut ketinggian, takut tikus, takut kecoa, takut sukses, takut gagal, takut matematika, takut ini, takut itu, adalah hasil pembelajaran. Sejak hari pertama kita dilahirkan, pikiran kita telah diprogram atau dikondisikan.  Kita secara konsisten berinteraksi dengan orangtua, kawan, guru, rekan sebaya, dan siapa saja. Kita mengadopsi, secara sadar maupun tidak sadar, sistem kepercayaan, nilai-nilai hidup, keterbatasan dan gaya hidup mereka untuk kita pakai sebagai model dalam membentuk diri kita.
Dalam masa pertumbuhan, khusus usia 0 ? 7 tahun, kita menyerap apa saja ke dalam pikiran kita. Pada saat ini kita belum mempunyai informasi atau data-base yang dapat digunakan sebagai pembanding. Kita tidak tahu apakah yang kita serap itu adalah hal yang baik atau buruk, bermanfaat atau justru merugikan diri kita. Saat ini, pikiran kita berlaku seperti sepon yang sangat ?rakus? menyerap informasi apa saja yang ada di sekitar kita.
Setiap orang mencapai goal yang telah mereka tetapkan dan program ke dalam pikiran bawah sadarnya. Saat kita ?gagal? maka yang terjadi adalah kita berhasil, secara konsisten, mewujudkan program mental kita.
Anda pasti akan bertanya, ?Pak, kalau orang yang hidupnya miskin, nggak punya uang, apakah ini berarti mereka berhasil mencapai goal mereka? Bukankah ini tidak masuk akal? Mana ada orang yang mau hidup susah? Mana ada yang goalnya adalah hidup susah??
Orang yang hidupnya susah biasanya mempunyai program finansial yang salah. Salah dua pertanyaan penting yang selalu saya ajukan pada orang yang mengalami kesulitan finansial adalah, ?Apa perasaan anda mengenai uang??, ?Apa arti uang bagi hidup anda??.  Dari jawaban mereka saya bisa tahu program mental yang mengendalikan kondisi keuangannya. Yang miskin biasanya menjawab, ?Uang adalah akar segala kejahatan. Orang kaya itu orang jahat. Orang kaya adalah orang yang suka memanfaatkan orang lain?.
Jawaban di atas menjelaskan mengapa orang itu tidak bisa berhasil secara finansial. Dia telah memutuskan, dengan program mental ini, untuk hidup miskin. Mengapa ? Karena ia tidak mau jadi orang kaya dan banyak uang. Orang kaya adalah orang jahat. Orang yang punya banyak uang adalah orang jahat. Program pikiran ini mengendalikan setiap aspek kehidupan finansialnya. Yang lebih parah lagi adalah ada orang yang sangat yakin bahwa orang miskin lebih mudah masuk surga daripada orang kaya. Sekarang anda jelas dengan maksud saya?
Seorang wanita, sebut saja Joan, 35 tahun, yang mengalami kesulitan keuangan, mendatangi seorang terapis untuk membantunya. Joan mempunyai penghasilan USD 200 per minggu. Sudah tentu income ini , untuk ukuran di Amerika, sangat sedikit jumlahnya. Selidik punya selidik, ternyata saat Joan masih kecil, berusia 7 tahun, ia begitu kagum pada ayahnya. Ayahnya mempunyai income USD 10.000 per tahun. Saat itu ia memutuskan akan menjadi seperti ayahnya.
Apa yang terjadi? Benar, ia berhasil mencapai income seperti ayahnya. Dalam 1 tahun ia mendapat sekitar USD 10.000. Hanya saja Joan tidak tahu, pada saat ia membuat keputusan itu, yaitu saat masih beusia 7 tahun, bahwa nilai uang berubah sejalan dengan waktu. Jumlah USD 10.000 sangat besar pada saat ia berusia 7 tahun. Namun jumlah yang sama mempunyai nilai yang jauh lebih kecil saat ia berusia 35 tahun. Goal ini ia tetapkan saat ia masih berusia 7 tahun dan ia berhasil mewujudkan impiannya.
Contoh lain adalah tentang Ani. Saat di kelas 1 SD Ani pernah mendapat masalah. Saat itu Ani mengerjakan ujian. Pada lembar soal tertulis, ?Jawablah pertanyaan berikut ini dengan jawaban singkat dan jelas?. Setelah membaca dengan saksama perintahnya Ani menjawab semua pertanyaan dengan jawaban, ?Singkat dan jelas?. Maksudnya, Ani menjawab soal no 1 dengan jawaban ?Singkat dan jelas?. Jawaban no 2 ?Singkat dan jelas?. Demikian seterusnya.
Gurunya Ani marah besar dan memberikan nilai nol. Orangtua Ani dipanggil ke sekolah. Pihak sekolah kemudian meminta orangtua Ani untuk membawa Ani ke psikolog karena si Ani dianggap bermasalah.
Dengan patuh orangtua Ani membawanya menghadap seorang psikolog untuk ?memperbaiki? Ani. Ternyata psikolog ini berhasil meyakinkan Ani bahwa Ani adalah anak yang pintar. Ani sama sekali tidak ada masalah.
Ani sangat terkesan dengan keramahan dan kebaikan psikolog ini. Saat itu Ani memutuskan bahwa kalau nanti ia besar, ia ingin menjadi seperti psikolog ini. Goal ini Ani tetapkan saat ia masih kelas 1 SD. Apa yang terjadi? Ani saat ini adalah seorang Doktor (S3) psikologi di salah satu universitas ternama di Jogja. Luar biasa bukan? 
Oh ya, kalau anda jadi gurunya si Ani, berapa nilai yang akan anda berikan kepada Ani? Kalau saya, saya akan berikan nilai 100 (seratus) buat Ani. Ani sebenarnya telah menjawab dengan benar semua pertanyaan. Bukankah gurunya meminta murid untuk menjawab semua pertanyaan dengan jawaban ?Singkat dan jelas??
Setelah sadar bahwa semua adalah hasil dari program pikiran, yang sebenarnya merupakan hasil dari proses pembelajaran (learn) , maka kita dapat secara sadar memprogram ulang (unlearn and relearn) pikiran kita.
Kita harus secara sadar memutuskan apa yang ingin kita capai. Saat kita secara sadar memutuskan apa impian kita yang sesungguhnya saat itulah kita memutuskan untuk menjadi The Real Success atau Sukses Sejati. Jadi, kita benar-benar mencapai apa yang kita inginkan dan bukannya mencapai apa yang tidak kita inginkan.